Buah Karya : Santri Putri Ponpes darulmubtadi-ien
Kau ibarat cahaya ditiap relung2 jiwaku.
Menjadi sisi2 ditiap dimensi jiwaku.
Ibu, kau mengandung 9 bulan.
Hingga engkau melahirkanku dengan susah payah.
Engkau merawatku sampai aku tumbuh besar.
Ibu, Engkau juga merawatku tanpa pamrih.
Dan engkau juga merawatku dengan penuh kasih saying.
Ibu, besar pengorbanan yang engkau berikan.
Tak satupun langkahmu yang tak berarti dihidupku.
Ibu,,, aku lahir tanpa apa apa.
Engkaulah yang mengajariku segalanya.
Membesarkanku dengan segala upaya.
Berharap aku kan jadi orang yang berguna.
Ibu, aku tahu semua letihmu itu tulus.
Dan aku pun tahu, bukan apa apa yang engkau ingin.
Disaat aku menangis dalam takut.
Engkaulah yang menenangkanku.
Dan ketika aku jatuh sakit.
Engkaulah yang selalu berada disampingku.
Engkau menjadi pelindung bagi tiap tiap jiwa anakmu.
Menjadi lentera di kekosongan hidupku.
Mendekap penuh harap dengan segenap kasih sayangmu.
Menjadi malaikat yang selalu bernyanyi dan tersenyum untukku.
Tapi,, apa yang aku lakukan??
Aku memungkiri semua harapanmu ibu.
Aku menodai semua do’a sucimu.
Aku mencabik-cabik impian yang telah kau idam2 idamkan.
Ohh… ibu aku tersesat dijalan yang kudewa-dewakan.
Hingga ku terjerumus di lembah hitam.
Saat hati ini bergejolak.
Sejuta salah dan dosa mengotori jiwaku.
Bahkan aku abaikan ajaran dan firman Tuhan.
Yang ada jiwaku hanya dikuasai nafsu amarah.
Aku telah durhaka terhadap surgaku sendiri.
Maafkanlah aku ibu.
Maafkan diriku yang selalu membuatmu terluka.
Aku yang salah.
Aku yang hancur.
Aku yang hilang arah.
Dan, aku yang berdosa.
Aku tak punya harga diri lagi untuk melihatmu ibu.
Aku sudah gagal membahagiakanmu.
Aku telah menghancurkan semua impianmu.
Mataku telah silau oleh kesenangan dunia yang menipu.
aku lenyap di dunia yang penuh fatamorgana.
Diriku begitu rakus.
Begitu angkuh dan serakah.
Hingga mengantarkanku pada gerbang kehancuran.
Diriku terpenjara oleh ambisi ambisi syaitan.
Diriku lupa dan tersilap dari ayat-ayat- Nya.
Jiwaku letih, langkahku tertatih.
Tak ada lagi yang bisa aku ucapkan.
Hanya cemo’oh dari batin dan ragaku yang menghantuiku.
Ibu, dulu engkau pernah bilang.
“cepatlah besar anakku.
jadilah engkau orang besar yang membesarkan hati ibu.
jadilah engkau orang yang bisa menjunjung tinggi nilai kebenaran.
Ibu,,, lihatlah anakmu telah kembali.
Membersihkan jiwa dan niat yang suci.
Aku mantapkan kaki menuntut ilmu di penjara sepi.
Ibu, semua hebatku takkan pernah ada.
Tanpa ikhlas pengorbananmu.
Ibu, sampai kapanpun.
Anakmu takkan pernah lupa.
Atas semua jasa, do’a, derita dan keringat yang engkau cucurkan.
Ibu… saat sinar tak ada dan tak bias.
Aku tahu disana selalu terselib do’a untuk sebuah kesuksesanku.
Untuk sebuah kebesaran.
Agar kelak dihidupku berguna.
Penuh arti… dan menemukan kebahagiaan sejati.
Kaulah ibu sang malaikat jiwa.
Aku memahakan setiap denyut pengorbananmu.
Di pelupuk mata, hati, dan jiwa.
Aku ingin melihat senyummu ibu.
Aku merindumu sampai kapanpun.
Ibu, anakmu kan slalu merindumu.
Didalam setiap do’a, disetiap hembus nafas ini.
Ibu, kurasakan harum peluhmu dipelupuk hati.
Dekap pelukmu, damaikan jiwa menapak dunia.
Engkaulah ibu yang mengajrkan rumus hidup padaku.
Tiada akhir bagiku untuk menyayangimu IBU…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan saran atau ilmu yang antum ketahui agar lebih bermanfaat...